Dampaklingkungan dari pertanian. Aliran permukaan dari lahan pertanian mengandung pupuk dan tanah yang mampu menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan sungai. Dampak aktivitas pertanian terhadap lingkungan sifatnya sangat bervariasi dari pencemaran air, perubahan iklim, hingga pencemaran genetika. Solusi untuk menghindari dampak ini beragamPesatnya pembangunan dan naik pertumbuhan jumlah penduduk membuat penggunaan lahan-lahan didaerah semakin berkurang seperti contohnya penggunaan lahan-lahan resapan air, pembukaan lahan kehutanan dan pembangunan dilahan pertanian. Lahan Pertanian Banyak faktor yang dapat menyebabkan berkurang atau menyempitnya lahan pertanian, berikut blog sampul pertanian akan merangkum 5 faktor penyebab berkurangnya lahan pertanian, sebagai berikut, 1. Faktor Pembangunan perumahan Faktor pembangunan perumahan menjadikan faktor utama yang bisa mengurangi lahan pertanian versi blog sampul pertanian. karena faktor ini tidak lepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan tempat hunian atau perumahan dan pembangunan perumahan-perumahan tersebut dibangun dilahan pertanian, hal tersebut menyebabkan lahan pertanian dapat berkurang dengan pesat. 2. Faktor Industri Faktor Industri adalah faktor lainnya yang bisa mengurangi lahan pertanian, salahsatu contoh faktor industri yaitu pembangunan Pabrik, peternakan dan kolam perikanan. pembangunan tersebut terkadang dibangun dilahan pertanian. 3. Faktor pembangunan proyek Faktor pembangunan proyek seperti contohnya pembangunan atau perluasan proyek jalan, proyek perkantoran atau proyek lainnya, faktor ini terkadang menggunakan lahan pertanian untuk pembangunannya. 4. Faktor alam Faktor alam memang jarang terjadi, namun fakto alam juga bisa menjadikan berkurangnya atau menyempitnya lahan pertanian, seperti contohnya dari faktor alam adalah kekeringan, abrasi, longsor dan lain-lain 5. Faktor lainnya atau faktor tidak langsung Faktor ini memang tidak sadar dilakukan karena faktor ini tidak berdampak langsung terhadap lahan pertanian namun berdampak terhadap lahan pertanian, seperti contoh faktor penebangan hutan yang berakibat berkurangnya stok air kelahan pertanian, rusaknya jalur irigasi dan tidak adanya regenerasi petani muda. Demikian artikel tentang 5 Faktor penyebab berkurangnya atau menyempitnya lahan Pertanian, semoga artikel ini berguna untuk kita lebih bijak penggunaan terhadap lahan pertanian, karena jika terus berkurangnya lahan pertanian terutama sawah, dikhawatirkan akan terjadi krisis pangan bagi kita semua. semoga bermanfaat. Komponenlingkungan yang berubah, keadaan awal/sebelumnya, keadaan saat ini, penyebab, dampakSoal= pemukiman daerah, lahan pertanian. Question from @Z4hrafauzi18 - Sekolah Menengah Pertama - Ips terjawab âą terverifikasi oleh ahli Pertaniankeadaan awal luas dan suburkeadaan saat ini sempit dan tanduspenyebab lahan pertanian berubah menjadi perumahan , pabrik, pertokoan dll.... sehingga lahan pertanian menjadi sempit dan sistem drainase buruk, sehingga lahan pertanian musim hujan kebanjiran, dan musim kemarau kekurangan lahan, bahan pangan menjadi sulit, suhu udara meningkat...... Maksih maura jelek...ehhhmaura cantik maksudnya Alihfungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah dan pertumbuhan penduduk. Perkembangan industri dan manufaktur yang terdapat di Kecamatan Ceper merupakan representasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian, yang akan mempengaruhi perkembangan wilayah, dan berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Abstrak Perubahan iklim pada saat ini bukanlah hal yang baru lagi bagi manusia di bumi ini, perubahan iklim hal yang tidak dapat untuk dihindari lagi karena pemanasan global dan bisa jadi akan menyebabkan dampak yang sangat meluas bagi kehidupan manusia terutama bagi sektor pertanian. Perubahan yang terjadi pada curah hujan, peningkatan dari terjadinya iklim yang ekstrim, dan juga kenaikan suhu di udara serta naiknya permukaan air laut ialah contoh dari terjadinya perubahan iklim yang serius yang terjadi di Indonesia pada saat ini. Dalam bidang pertanian merupakan hal yang sangatserius dari terjadinya perubahan iklim. Dari tingkatan global sektor pertanian menyumbang sebesar 14% dari jumlah emisi yang ada, sedangkan dari tingkatan nasional tingkatan emisi sebesar 12% atau setara dengan 51,20 juta ton CO2, dari total emisi sebesar 436,90 juta ton CO2, bila emisi dari kebakaran hutan, degradasi hutan dan dari drainase lahan gamput yang tidak di perhitungkan. Dan jika dari ketiga aktivitas tersebut ikutr di gabungkan, kontri busi dari sekktor pertanian hanya sebenar 8% saja. Walaupun sumbangan dari pertanian terbilang kecil, namun dampak yang akan dirasakan sangat signifikan. Perubahan iklim yang ekstrim seperti terjadinya bencana banjir dan kekeringan dimana-mana akan menyebabkan dampak buruk bagi tanaman, dan tanaman yang mengalami pusa akan semakin meluas. Peningkatan air laut akan menyebkan lahan yang ada di pesisir pantai akan menciut dan menyebabkan kerusakan pada tanaman. Dampak dari perubahan iklim yang bisa dibilang semakin hari semakin besar memeperlukan upaya aktif untuk mengantisipasi dari kejadian yang tidak diinginkan, misalnya dengan melakukan dengan strategi adaptasi dan juga mitigasi. Teknologi dari mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi dari gas dan juga dari efek rumah kaca. Adapun ari lahan pertanian dengan cara menggunakan varietas rendah akan emisi serta teknologi pengelolaan air dan juga lahan. Adapun dari teknologi adaptasi ialah, yang dapat diterapkan melalui penyesuaian pada waktu tanam. Penggunaan dari variertas unggul yang tahan terhadap kekeringan apabila nanti terjadi, rendaman dan salinitas, dan juga pengembangan dari teknologi pengelolaan air. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Dampak Perubahan Iklim Bagi Lahan PertanianQatrin Nada20160520222Ekologi pemerintahan CProgram Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta AbstrakPerubahan iklim pada saat ini bukanlah hal yang baru lagi bagi manusia di bumi ini, perubahaniklim hal yang tidak dapat untuk dihindari lagi karena pemanasan global dan bisa jadi akanmenyebabkan dampak yang sangat meluas bagi kehidupan manusia terutama bagi sektorpertanian. Perubahan yang terjadi pada curah hujan, peningkatan dari terjadinya iklim yangekstrim, dan juga kenaikan suhu di udara serta naiknya permukaan air laut ialah contoh dariterjadinya perubahan iklim yang serius yang terjadi di Indonesia pada saat ini. Dalam bidangpertanian merupakan hal yang sangatserius dari terjadinya perubahan iklim. Dari tingkatanglobal sektor pertanian menyumbang sebesar 14% dari jumlah emisi yang ada, sedangkan daritingkatan nasional tingkatan emisi sebesar 12% atau setara dengan 51,20 juta ton CO2, dari totalemisi sebesar 436,90 juta ton CO2, bila emisi dari kebakaran hutan, degradasi hutan dan daridrainase lahan gamput yang tidak di perhitungkan. Dan jika dari ketiga aktivitas tersebut ikutr digabungkan, kontri busi dari sekktor pertanian hanya sebenar 8% saja. Walaupun sumbangan daripertanian terbilang kecil, namun dampak yang akan dirasakan sangat signifikan. Perubahan iklimyang ekstrim seperti terjadinya bencana banjir dan kekeringan dimana-mana akan menyebabkandampak buruk bagi tanaman, dan tanaman yang mengalami pusa akan semakin air laut akan menyebkan lahan yang ada di pesisir pantai akan menciut danmenyebabkan kerusakan pada tanaman. Dampak dari perubahan iklim yang bisa dibilangsemakin hari semakin besar memeperlukan upaya aktif untuk mengantisipasi dari kejadian yangtidak diinginkan, misalnya dengan melakukan dengan strategi adaptasi dan juga dari mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi dari gas dan juga dari efek rumahkaca. Adapun ari lahan pertanian dengan cara menggunakan varietas rendah akan emisi sertateknologi pengelolaan air dan juga lahan. Adapun dari teknologi adaptasi ialah, yang dapatditerapkan melalui penyesuaian pada waktu tanam. Penggunaan dari variertas unggul yang tahanterhadap kekeringan apabila nanti terjadi, rendaman dan salinitas, dan juga pengembangan dariteknologi pengelolaan kunci perubahan iklim, pertanian, adaptasi, mitigasi, emisi PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahNegara Indonesia pada sejatinya memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati yangtelah didukung oleh keadaan dan kondisi geografis yang berupa dataran tinggi dan juga dataranrendah. Sinar yang berasal dari matahari yang begitu banyak, curah hujan yang hampir merata diberbagai daearah Indonesia hampir setiap tahunnya, dan juga Indonesia memilikikeanekaragaman tanah yang terhampar sangat luas yang sangat memungkinkan untukpengembangan budidaya aneka ragam tanaman asli dari daerah tanah tropis. Dan jugakomoditasi introduksi dari daerah subtropis yang sebelumnya telah beradaptasi dengan iklimyang tropis. Swasembada amat penting, mengingat hampir seluruh masyarakat di Indonesiamakan makanan pokok berasal dari beras dan juga cenderung makanan pokok yang tunggal dibeberapa daerah di Indonesia. Namun upaya untuk berswasembada pada bahan pokok berasdihadapkan kepada beberapa kendala yang sering terjadi, salah satunya ialah perubahan dari perubahan iklim yang paling ekstrim yaitu kekeringan menempatai posisipertama pada kejadian gagal panen. Kondisi ini pun menjadi berimplikasi terhadap penurunanproduksi dan juga kesejahteraan bagi para petani. Selain berefek kepada penurunan produksibagi bahan pangan, perubahan iklim juga memiliki pengaruh lainnya, seperti pengaruh tidaklangsung yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman pangan dengan adanyapeningkatan dari serangan hama dan datangnya penyakit bagi tanaman tersebut. Pada musimpenghujan tiba, biasanya perkembangan penyakit pada tanaman bermunculan seperti penyakityang datang pada tanaman padi yaitu kresek dan blas, penyakit pada tanaman cabai yaituantranoksa, dan penyakit-penyakit lain sebagainya. Perubahan iklim terhadap dan produksipertanian memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan dari perubahan iklim dan jugaproduksi pertanian biasanya bersifat multidimensional, mulai dari infrastruktur pertanian, sumberdaya alam, serta sitem produksi, dan juga ketahanan pangan, kesejahteraan bagi para petani danjuga masyarakat pada umumnya. Penentuan tahun terjadinya peruahan iklim berkiblat pada nilai Southem OscillationIndex SOI. Secara meteorologis, kejadian dari El Nino dan La Nina ditunjukkan oleh SOI darisamudra pasifik Agung Budi 2015 . Nilai SOI sangat bervariasi menurut dari bulan ataumelalui periode waktu yang lebih singkat. Akibat dari perubahan tekanan udara yang berbeda. Peristiewa dari La Nina yang ditandai dengan adanya nilai SOI di atas angka 8, sedangkan untukperistiwa El Nino ditandai dengan nilai SOI di bawah dari angka -8. Nilai SOI yang cenderungekstrem tidak tidak selalu menimpulkan efek serius terhadap curah hujan dan ketersediaan airbagi para petani. Jika terjadi nilai ekstrem dari SOI hanya akan berlangsung dalam waktu yangrelatif lebih singkat. Misalnya terjadi selama waktu satu minggu. Namun lain halnya jika SOIekstrem terjadi lebih dari waktu satu minggu, atau sampai pada kurun waktu berbulan-bulandapat dipastikan hal ini dapat menghambat dalam kegiatan pertanian. Jika hujan jarang trun danjuga curah hujan berkurang hal ini tentu kabar buruk bagi para petani. Hal ini akan berdampakbagi kelangsungan produksi pertanian nantinya. Perubahan iklim yang ekstream menyebabkanburuknya hasil panen bagi para petani, hal ini juga bisa menimbulkan beberapa kasus kegagalanpanen bagi para petani. Adanya perubahan iklim ditimbulkan dari berbagai macam faktor yangterjadi, bisa dari ulah tangan manusia sendiri ataupun berasal dari alam itu sendiri. Didalampaper ini akan membahas beberapa faktor dan juga penyebab dari perubahan iklim yangberdampak pada keberlangsungan lahan Rumusan MasalahDari paparan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah dari paper iniadalah1. Apa itu perubahan iklim?2. Dampak apa yang diberikan dari perubahan iklim?C. Literature ReviewDidalam paper ini penulis menggunakan 15 literature review yang berbeda-beda. Berikutini akan dipaparkan teori dari literature sebagai acuan dalam penulisan paper penulis dan Judul Teori dari jurnalElza Surmaini, Eleonora Runtunuwu, IrsalLas, upaya sector pertanian dalammenghadapi perubahan iklimPertanian, terutama subsektor tanamanpangan, paling rentan terhadap perubahaniklim terkait tiga faktor utama, yaitubiofisik, genetik, dan manajemen. Hal inikarena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatifsensitif terhadap cekaman, terutamaPertanian, terutama subsektor tanamanpangan, paling rentan terhadap perubahaniklim terkait tiga faktor utama, yaitubiofisik, genetik, dan manajemen. Hal inikarena tanaman pangan umumnyamerupakan tanaman semusim yang relatifsensitif terhadap cekaman, terutamakelebihan dan kekurangan air. ElzaSurmaini,Eleorona dan Irsal 2016 P. P. Perjanjian Paris dan NationallyDetermined Migfar 2016 Risiko dampakperubahan iklim akan berkaitan denganadaptasi yang harus dilakukan. Terjadinyapeningkatan permukaan air laut akanberdampak pada masyarakat pesisir dandaerah dataran rendah di seluruh duniadengan timbulnya fenomena banjir, erosipantai dan perendaman, serta hilangnyapulau-pulau kecil. Hal ini terutama akansangat berpengaruh terhadap Hairiah, Subekti Rahayu , DidikSuprayogo dan Cahyo Prayogo, Perubahaniklim sebab dan dampaknya global dapat diartikan sebagaipeningkatan suhu rata-rata permukaanbumi dari tahun ke tahun 2016Maftuâah, Annisa, dan Noor, TeknologiPengelolaan Lahan Rawa untuk TanamanPangan dan Hortikultura dalam KonteksAdaptasi Terhadap Perubahan IklimMaftuâah 2016 Optimalisasi pemanfaatanlahan rawa perlu dilakukan untukmewujudkan rawa sebagai lumbungpangan. Namun dalam pengoptimalisaipemanfaatan lahan rawa sering kalidihadapkan pada berbagai masalah. Anatar lain kondisi infrastruktur masih minim,biofisik lahan pada umumnya tidak/kurangsubur, social ekonomi masyarakat, sertadampak lingkungan. Muhammad Syukur, Adaptasi Sosial PetaniTadah Hujan Terhadap Perubahan IklimStudi Kasus Pada Petani Tadah Hujan diKecamatan Sibulue, Kabupaten BoneMuhammad Syukur 2016 Pengaruhperubahan iklim terhadap sector pertanianbersifat multidimensional, mulai darisumber daya, infrastruktur pertanian, dansistem produksi pertanian, hingga aspekketahan dan kemandirian pangan, sertakesejahteraan petani dan masyarakat padaumumnya. Pengaruh tersebut dibedakanmenjadi dua indicator, yaitu kerentananvulnerable dan dampak impact.D. Kerangka Dasar Teori1. Iklim a. Definisi IklimDefinisi dari iklim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ialah keadaan hawasuhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari pada suatu daerah dalam jangkawaktu agak lama 30 tahun di suatu daerah. Iklim juga diartikan sebagai kondisi rata-ratacuaca berdasarakn dari waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau di planet tentang iklim dipelajari dalam Lahan Definisi lahan dalam KBBI ialah tanah terbuka, tanah garapan. Lahan biasanya di artikansebagai lahan terbuka yang bisa digunakan untuk menanam tumbuhan ataupun digunakanmembangun bangunan dan lain sebagainya. Lahan mencakup semua sumber daya alamyang ada yang dapat dimanfaatkan di bawah, atas, pada permukaan suatu bidanggeografis. Lahan biasanya dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai Pertanian Tani atau sering disebut dengan sebutan pertanian merupakan sebuah mata pencahariandalam bentuk bercocok tanam, mata pencaharian dalam bentuk mengusahakan tanahdengan berbagai macam bentuk dan hasil yang akan di dapat nantinya. Pertanian padaumumnya menggunakan lahan untuk proses terbentuknya hasil dari apa yang Definisi KonsepsionalKonsep dalah suatu istilah untuk menggambarkan suatu hal yang akan secara dalam yangmeliputi keadaan atau suatu kelompok serta individu yang nantinya akan menjadi sebuahpusat penelitian ilmu sosial dan lainnya. Adapun konsep yang terdapat pada paper ini adalaha. Iklim adalah suatu sistesis dari kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yangpanajang atau dalam jangka waktu yang lama, yang secara statistik cukup untukdigunakan untuk menunjukkan suatu nilai statistic yang berbeda dengan sebuahkeadaan disetiap Lahan Lahan diartikan sebagai suatu wilayah yang ada di permukaan bumi ini, yang padadasarnya mencakup semua komponen biosfer. Dan juga termasuk kepada permukaandaratan dengan benda-benda padat, cair dan juga gas. Lahan juga diartikan sebagailingkuang Definisi OprasionalAdapun indikator dari perubahan iklim ialah, pemanasan global, efek rumah kaca,pembakaran hutan, pembebasan lahan dan polusi penulisan paper ini kelimaindikator ini digunakan untuk pencapaian hal yang maksimal. Berikut ini gambaran daridefinisi operasional yang ada dalam paper iniPerubahan iklim a. Pemanasan globalHal ini bisa terjadi karena naiknya suhu di permukaan bumi yang menyebabkanberbagai dampak pada Efek rumah kaca Hal ini terjadi karena banyaknya pembangunan bangunan dengan bahan kaca yangmenyebabkan menipisnya lapisan ozonc. Pembakan hutanBanyak oknum yang tidak bertanggung jawab yang melakukan pembakaran hutanuntuk kepentingan pribadi, seperti untuk membangun sebuah perusahaand. Pembebasan lahanDengan melakukan pembebasan lahan dengan cara menebang hutan akan berdampakburuk bagi kehidupan di bumi ini. e. Polusi udaraDengan meningkatnya jumlah kendaraan maka polusi udara juga akan terusmeingkat, di tambah lagi dengan kebiasaan masyarakat untuk membakar Metode PenelitianMetode dalam penulisan paper ini menggunakan metode kualitatif. PEMBAHASAN1. Dasar Ilmiah Perubahan IklimUraian secara ilmiah terkait dengan perubahan iklim yang sudah diakaui secara resmi ditingkatan internasional yang sudah dibentuk oleh Intergovermental Panel on Climate ChangeIPCC. Didalam IPCC menyusun laporan yang disampaikan mslalui kajian AssessmentReports yang komprehensif setiap liama tahun yang bercerita sekitaran tentang ilmu ilmiah,teknis serta aspek social-ekonomi, penyebab, potensi serta dampak dan juga strategi bagaimanamenghadapi dari perubahan iklim. IPCC juga menyajikan laporan khusus yang juga mengkasitentang isu-isu tertentu dan juga laporan metodologi, yang memberikan sebuah panduan praktisuntuk menghitung jumlah gas rumah kaca. Laporan dari IPCC menguraikan bukti yang telah adabahwa perubahan iklim memang benar ada dan terbukti sudah terjadi. Suhu di bumi telahmengalami peningkatan sekitar 0,8°C selama dalam abad terakhir ini. Selama kurang lebih tigadekade terakhir ini terjadi secara berturut kondisi bumi kita lebih hangat dari pada keadaankondisi bumi pada dekade sebelumnya. Jika kita membandingkan kondisi bumi pada pada tahun 1750-an, kenaikan suhu global pada sekarang ini mengalami kenaikansetara dengan hal utama dari proses pemanasan global ini ialah disebabkan olehmasuknya energy panas ke lautan sekitar 90% dari total pemanasan. Dan terdapat bukti bahwalautan terus mengalami peningkatan panas selama periode ini. Disamping penomena peningkatan subhu bumi, terjadi juga peningkatan dari frekuensigelombang panas juga peningkatan dari intensitas curah hujan di berbagai wilayah di bukti-bukti kuat bahwa kondisi suhu semakin ekstrim, termasuk hari-hari yang kitajalani sekarang ini semakin hari semakin panas dan juga gelombang panas menjadi hal yangumum sejak tahun 1950. Tren kekeringan yang menghampiri secara global sukar untuk diidentifikasikan. Namun di beberapa daerah sudah jelas menunjukan kekeringan yang merekaalami dan bahkan lebih parah dan juga lebih sering. Badai tropis yang berskala 4 dan 5 diprediksiakan mengalami peningkatan frekuensi secara global. Jika kita melihat lautan sekarang sudahmengalami pengasaman, hal ini dikarenakan lautan banyak menyerap karbon dioksida. Tinggidari permukaan air laut global sudah mengalami peningkatan dengan jumlah sebesar 20 cm, inibermula sejak awal abad lalu dan terus saja mengalami percepatan yang tidak terduga. Selamaperiode 1901-2010, rata-rata dari permukaan air laut mengalami kenaikan sebesar m. Danpermukaan air laut mengalami kenaikan lebih cepat lagi pada periode 1993-2010. Laporan yang disamapaikan oleh para ahli secara khusus menyatakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahunterakhir, di beberapa daerah yang ada di Indonesia mengalami kekurangan curah hujan kenaikan rata-rata dari air laut pada tahun 1901-2010 hanya sekitar mm/ tahunmenjadi 3,2mm/ tahunnya pada periode sekitar tahun Dampak Perubahan IklimPerubahan iklim terlah berdampak bagi kehidupan ekosistem dan juga kehidupanmanusia di seluruh bagian benua dan juga samuder. Perubahan iklim dapat menyebabkan resikoyang sangat besar bagi kesehatan manusia, pembangunan dari segi ekonomi dan juga keamananbagi pangan. Adapun tindakan untuk mengurangi emisi sangatlah penting dan juga untukmendesak masyarakat dilakukan agar menghindari dari penomena perubahan iklim. Adaptasi punsangat penting untuk dilakukan disini agar bisa menghadapi perubahan iklim. Adapun tingkatanadaptasi yang dilakukan disini tergantung dengan keberhasilan dari kegiatan dapat beradaptasi dengan melakukan persiapan untuk menghadapi beberpa resikodari perubahan iklim, akan tetapi hal ini saja tentu tidaklah cukup. Oleh sebab itu kita harus bisamengurangi efek dari rumah kaca agar membatasi dampak yang terjadi resiko dari dampak perubahan iklim pada saat ini akan berkaitan dengan adaptasiyang harus dilakukan sebelumnya. Peningkatan air permukaan laut akan berdampak bagimasyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan juga bagi masyarakat yang tinggal di daerahdataran rendah di seluruh muka bumi dengan datangnya bencana banjir, erosi dari pantai danjuga perendaman, serta menghilangnya pulau-pulau kecil akibat dari pemanasan global ini pun pasti akan sangat berpengaruh bagi Negara berkepulauan. Perubahan iklim juga akanmenimbulkan efek lainnya seperti pergeseran rentan geografis dan pola migrasi spesies laut danjuga dataran. Beberapa dari spesies tersebut akan mengalami kepunahan. Pemanasan danpengasaman air laut akan menggangu kehidupan ekosistem di dalam laut, terutama padaekosistem yang berada di daerah kutup dan ekosistem yang ada di terumbu karang. Indonesiayang dikenal dengan sebutan megabiodiversity country mempunyai ekosistem yang ada didaratan dan juga lautan yang begitu lengkap. Adaptasi yang berbasis ekosistem ini menjadi salahsatu upaya untuk pengendalian dari perubahan iklim perubahan iklim akan menyebabkan sebuah resiko yang signifikan, namundengan adanya manajemen resiko yang baik maka dampak terburuk dari perubahan iklim dapat di hindari. Kombinasi antara mitigasi dan juga adaptasi akan mengurangi dari skala resikonantinya. Namun ada beberapa resiko yang tidak dapat untuk dihindari kedatangannya, sepertibanjir, kekeringan yang sangat ekstrim, badai, dan juga pemanasan. Dalam hal ini menunjukkanbahwa kita memang rentan terhadap kejadian cuaca dan iklim. Tindakan yang dibentuk sertaresiko yang kita ambil akan menentukan resiko apa yang nantinya kan kita hadapi dini lebih memungkinkan dan juga cenderung mempunyai banyak waktu untukmelakukan adaptasi dengan dampak yang kemungkinan nantinya akan terjadi. Akan tetapi kitajuga memiliki batasan-batasan untuk beradaptasi sebelumnya, beberapa resiko nantinya mungkinakan terjadi dan kita tidak bisa hanya mengandalkan dalam hal beradaptasi terus menerus. Semuamasyarakat yang ada di Indonesia baik yang tinggal di kota ataupun mereka yang tinggal didaerah pedesaan akan mengalami dampak dari perubahan kita perlumerencanakan serta adaptasi untuk membatasi resiko yang akan terjadi di waktu yang akandatang. Salah satu kajian iklim yang pernah dilakukan di daerah Indonesia yaitu kajian resikodan juga kasian adaptasi, yang bertepatan di daerah Tarakan, Sumatera Selatan dan juga di KotaMalang Batu yang dilaksanakan oleh kementerian Lingkungan Hidup pada tahun hasil dari kajian tersebut menyatakan bahwa untu daerah Tarakan mengalamikenaikan Suhu sebesar 0,63°C selama 25 tahun terakhir, untuk Provinsi Sumatera Selatan sendirimengalami kenaikan suhu juga sebesar 0,31°C di Palembang dan 0,67°C di rata-rata seluruhdaerah Sumatera Selatan. Sedangkan untuk daerah Kota Malang sendiri tren untuk kenaikansuhu mencapai angka 0,69°C. Namun pada dasarnya angka yang tertera tersebut memilikikemungkinan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada, perubahan lokal seperti adanyaefek dari pulau panas dari daerah perkotaan serta dari pergeseran iklim regional itu air laut atau yang biasa dikenal dengan sebutan sea level rise SLR terkaitdengan perubahan iklim berlangsung dengan dua mekanisme utama, yaitu dengan ekspansiterkenal karena dia menghambat dan mengalami pengembangan volume air laut, sertamencapirnya gletser dan es yang mengakibatkan tertutupnya daratan yang ada di Antartika sertayang ada di Greenland. Selain dari itu, siklus hidrologi yang ada di daratan mengakibatkanadanya keanekaragaman iklim serta diikuti dengan timbulnya faktor antropogenik yangberdampak pula pada naik dan turunya limpasan, hal inipun sangat berpengaruh terhadapberubahnya permukaan air laut. Berkaitan dengan efek dari perubahan iklim di Indonesia,Indonesia merupakan salah satu Negara yang rentan terhdapat dampak perubahan iklim. Dengan jumlah pulau yang ada sekitar pulau, sebagian besarnya ibu kota provinsi serta hamperdari 65% masyarakat Indonesia tinggal di daerah pesisir, wilayah Indonesia sangat rentanterhadap dampak dari perubahan iklim, terkhusus yang disebabkan oleh naiknya permukaan dariair laut dan terjadinya penggenagan akibat dari banjir di wilayah pesisir. Kenaikan daripermukaan air laut, selain menimbulkan dampak langsung yaitu berkurangnya wilayah akibatdari tenggelamnya daratan, juga menyebabkan rusaknya ekosistem daerah pesisir akibat darigelombang pasang, adapun efek tidak langsungnya yaitu berubahnya hilangnya serta berubahnyamata pencaharian masyarakat sekitar, terkhusus kepada masyarakat yang tinggal di daerah tepipantai, berkurangnya daerah persawahan dataran rendah di wilayah pesisir pantai yang nantinyaakan berpengaruh kepada ketahanan pangan masyarakat setempat, gangguan yang timbulakibatnya susahnya transportasi antar pulau, dan juga rusak atau hilangnya objek wisata yang adadi daerah pantai dan pulau. Selain itu dampak lain dari perubahan iklim ialah mengakibatkanpenurunan dari ketersediaan air, berubahnya produksi tanaman, serta bisa mengakibatkanhilangnya keberadaan dari keanekaragaman hayati yang merupakan aset yang tidak ternilaiharganya yang sudah dimiliki oleh Indoensia. Perubahan iklim juga akan mengakibatkan dampakpada kesehatan, kematian, pola dari migrasi, ketahanan pangan, dan juga ekosistem alami sertakesejahteraan ekonomi, baik itu di tingkatan lokal ataupun yang ada di tingkatan Adaptasi dari Perubahan IklimPerahan iklim sejatinya menjadi sebuah ancaman bagi seluruh umat manusia d mukabumi ini begitu juga dalam hal pembagunan, tidak terkecuali kepada masyarakat Indonesia. Yangpastinya akan berdampak kepada ketersediaan kebutuhan oleh masyarakat, yang mencakupkepada produksi dan distribusi bahan pangan, ketersediaan airdan juga energi. Untuk mengurangitingkatan kerentanan terhadap dampak dari perubahan iklim pada saat ini, perlu dilakukansebuah upaya guna untuk memperkokoh kapasitas dari adaptasi tersebut secara menyeluruhdengan cara pembangunan ketahanan social, ekonomi, diversifikasi dari mata pencaharian bagimasyarakat yang sekiranya tidak sensitive terhadap timbulnya perubahan iklim. Memperbaikitata ruang serta managemen dari ekosistem. Sebagaimana yang telah tertulis dalam Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, rencana dariPengelolaan Lingkungan Hidup ini harus memuat rencana dari adaptasi dan mitigasi perubahaniklim. Selain dari pada itu kajian tentang tingkat kerentaan dan juga tingkatan dari kapasitas adaptsi dari perubahn iklim adalah salah satu upaya yang sangat perlu untuk diperhatikan dalammembentuk kajian lingkungan hidup yang strategis guna untuk memastikan bahwa dari prinsippembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan iklim telah menjadi dasar dan terintegrasidalam pembangunan suatu wilayah dan kebijakan, serta rencana dan juga program. Program serta aksi adapatasi yang diterapkan dan juga di laksanakan di Indonesia harusmemperhatikan tingkatan serta memperhatikan juga resiko terkait dengan iklim dan jugaancaman yang kemungkinan akan kita hadapi nantinya serta pola dari kecenderungan ataupunpola dari perubahan tingkat resiko serta ancaman dimasa yang akan datang nantinya. Programserta aksi adaptasi yang sifatnya akan segera datang, diarahkan kepada daerah yang tingkatanresiko iklim dan juga pada masa depan resikonya masih terbilang tinggi atau cenderung akanmengalami peningkatan. Adapun dengan yang sifatnya terbilang untuk jangka panjang akandiarahkan kepada wilayah yang saat ini dibilang rendah dan juga dimasa depan bisa dibilangrendah juga ataupun akan mengalami peningkatan. Tahan-tahp antisipatif perlu dilakukan untukmeningkatkan ketahanan dari dalam diri masyarakat yang berkaitan dengan dampak perubahaniklim perlu untuk dikedepankan. Sehingga untuk pembangunan yang sedang dilakukan ataupunyang akan dibangun dapat terjamin proses keberlanjutannya. Untuk daerah Indonesia, kegiatanaksi adaptasinya dilakukan dengan cara integritas dengan program pembangunan, terutamakepada daerah yang teridentifikasi rentan terhadapat dampak dari perubahan iklim tersebut. 4. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor PertanianDalam bidang pertanian terutama pada subsektor tanaman terkhusus pada bidang panganpalingan rentan terhadap efek dari perubahan iklim terkait terhadap tiga faktor utama, yaituterhadap faktor bio fisik, manajemen dan juga faktor genetik. Hal ini dikarenakan tanamanpangan ialah tanaman yang merupakan tanaman semusim yang keadaanya relative sangat sensitifterhadap gangguan, terutama terhadap kekurangan serta kelebihan air. Kerentaan ini sangatberhubungan kepada sistem pengunaan yang berasal dari lahan dan pengunaan tanah, teknologipada pengelolaan tanah, pola pada tanaman, air dan juga tanaman, dan juga terhadap varietastanaman. Ada tiga faktor utama yang berkaitan dengan perubahan iklim global, yaitu, 1 terjadiperubahan terhadap pola hujan 2meningkatnya kejadian iklim yang ekstrim banjir, longsor,dan kekeringan 3 terjadinya peningkatan susu udara dan juga peningkatan permukaan air laut. Perubahan pada pola hujan sudah terjadi di Indonesia sejak beberapa dekade belakanganini, seperti mundurnya musim hujan di beberapa lokasi di beberapa wilayah Indonesia, danmengalami kemajuan musim hujan di beberapa wilayah lainnya. Perubahan pada pola hujan inipun mengakibatkan menurunya ketersdian air di waduk-waduk, terutama pada wilayah pulauJawa. Contohnya seperti, selama sekitar 10 tahun terakhir rata-rata dari volume alirain air didaerah DAS Citarum yang masuk kedalam waduk mengalami penurunan dari 5,70 miliarm3/tahunnya menjadi 4,90 miliar m3 /tahun. Kondisi tersebut mengalami implikasi terhadapmenerunnya kemampuan waduk Jatiluhur yang menaliri sawah-sawah di Pantura Jawa. Kondisiyang lainnya juga di jumpai pada waduk yang berada di Jawa Tengah, yang bertepatan padaGajah Mungkur dan Kedung Ombo. Dengan kondisi perubahan terhadap curah hujan tersebut,dan jika para petani tetap mempertahankan pola bertanamannya seperti biasanya, maka pristiwaseperti gagal panen akan sering terjadi. Dengan terjadinya penurunan curah hujan dan jugaketersediaan air di waduk, maka para petani juga harus mengubah pola bertanam, dari padimenjadi tanaman non-padi. Hasil berdasarkan kepada analisis ideks perubahan iklim, yaitu suatuindeks yang bertugas untuk mengukur kejadian menyimpang terhadap iklim di masa yang akandatang nantinya dibandingkan dengan apa yang telah terjadi pada saat ini, yang telah dilakukanoleh baetting et al 2007 yang mengindikasikan bahwa nilai dari penyimpangan iklim yang adadi Indonesia akan mengalami peningkatan pada masa yang akan datang dengan jumlah angkasebesar 7 dan 8. Dari nilai tersebut menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami peningkatansebuah frekuensi kejadian iklim yang eksterim seperti kejadian bencana banjir dan juga bencanakekeringan pada masa yang akan mendatang. Dampak dari bencana banjir dan juga kekeringanpada sawah ialah hal yang sangat merugikan bagi para petani dan juga masyarakat, karena hal ituakan mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Jika hal ini terus terjadi maka sumber panganmasyarakat akan terganggu. Selain itu dampak dari naiknya permukaan air laut akan menggagusector pertanian yang berada di daerah pesisir, dampaknya berupa penciutan lahan pertanian didaerah Upaya untuk Menghadapi Perubahan IklimDampak dari perubahan iklim yang semakin hari semakin besar terjadi, merupakansebuah tantangan besar bagi manusia terutama bagi sektor pertanian. Peranan aktif dari berbagaikalangan sangatlah penting adanya untuk kondisi seperti ini, yaitu dengan cara mengantisipasi dampak dari perubahan iklim tersebut, bisa dilakukan dengan cara melakukan mitigasi dan jugadengan adaptasi. Upaya dari antisipasi ini bertujuan untuk mempersiapkan strategi dari mitigasidan juga dari adaptasi. Beberapa pengkajian dari dampak perubahan iklim sudah pernahdilakukan, yang pertama, sumber daya pertanian terhadap pola curah hujan dan juga musim yangberkaitan dengan sistem hidrologi dan juga dari sumber daya air, yang kedua terhadapinfrastruktur saran dan juga prasarana lahan pertanian, yang ketiga ialah system produksipertanian, dan yang keempat adalah aspek dari social-ekonomi dan juga budaya. Teknologi dariadaptasi bertujuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap dampak perubahan iklim yangterjadi serta mengurangi dari resiko gagalnya produksi pertanian. Teknologi dari adaptasimeliputi dari penyesuaian waktu pada saat menanam tanaman, dan juga penggunaan dari pupukunggul yang tahan terhadap kondisi kekeringan apa bila terjadi, salintis serta rendaman. Dan jugaterhadap pengembangan teknologi pengelolaan air. Dengan melakukan beberapa dari upaya yangtelah dilakukan sebelumnya, maka akan ada kemungkinan untuk mempertahankan hasil yangbagus dari hasil panen para petani. Dengan mengikuti langkah-langkah sedemikain yang telahdipaparkan resiko terjadinya kegagalan panen cenderung kecil. PenutupKesimpulanPerubahan iklim yang terjadi pada saat ini bukan lah sebuah isu ataupun sebuah hal yangjarang untuk dibicarakan. Tetapi sudah menjadi hal yang nyata adanya dan juga hal yang lumrah,maka dari itu diperlukan untuk melakukan sebuah tindakan yang nyata secara bersama padatingkatan global, regional maupun pada tingkatan nasional. Dalam menyikapi perubahan iklimtentunya kita sebagai manusia harus bisa menangani masalah ini untuk kepentingan generasi kitayang akan mendatang. Selain itu kementerian pertanian telah menysusun strategi untukmenyikapi dari fenomena perubahan iklim ini dengan memaparkan tiga aspek utama yaitu, aspekdari mitigasi, aspek dari antisipasi dan juga aspek dari adaptasi. Strategi dari aspek antisipasidilakukan dengan cara melakukan pengkajian kepada perubahan iklim yang terjadin, hal inidilakukan agar mengetahui dampak negatif apa yang terjadi terhadap sektor pertanian. Adaptasiini pun merupakan sebuah tindadakan penyesuaian sistem alam dan juga sosial guna untukmenghadapi dampak negatif yang timbul terhadap perubahan iklim. Upaya tersebut akan sangatberpengaruh dan juga bermanfaat dan juga bisa dibilang lebih efektif apabila laju dari perubahaniklim tidak melebih dari kemampuan upaya dari adapts tersebut. Oleh sebab itu, kita perlumengimbanginya dengan upaya mitigasi, yaitu dengan cara mengurangi sumber maupunpeningkatan dari penyerapan efek rumah kaca. Karena efek dari rumah kaca pun sangatberpengaruh terhadap terjadinya pemanasan global pada masa ini dan berdampak buruk nantinyabagi kehidupan mendatang. Tentunya kita sebagai generasi bangsa harus mempertahankankeanekaragaman hayati dan menjaga sumber daya yang ada pada saat ini agar generasi yangakan datang dapat menikmatinya juga. Daftar pustakaSurmaini, E., lahan Pertanian, B. B. L. S., Runtunuwu, E., & Las, I. 2015. Upaya sektorpertanian dalam menghadapi perubahan D. J. P. P. 2016. Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally DeterminedContributionHairiah, K., Rahayu, S., Suprayogo, D., & Prayogo, C. 2016. Perubahan iklim sebab dan dampaknya terhadap kehidupan. Bahan Ajar, 1, E., Annisa, W., & Noor, M. 2016. Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa untukTanaman Pangan dan Hortikultura dalam Konteks Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. JurnalSumberdaya Lahan, 102.Muhammad, S. 2016. Adaptasi Sosial Petani Tadah Hujan Terhadap Perubahan Iklim Studi Kasus Pada Petani Tadah Hujan di Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone. PREDESTINASI, 92, D., Arif, S. S., Susanto, S., & Sutiarso, L. 2015. Identifikasi Perubahan Iklim Berdasarkan Data Curah Hujan di Wilayah Selatan Jatiluhur Kabupaten Subang, Jawa Barat. Agritech, 351, A. B., Tiga, C. S. R., & Ambon, M. 2016. Pengaruh perubahan iklim terhadapproduksi tanaman pangan di Provinsi I. M., & As-syakur, A. R. 2018. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAPSEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI. SOCA SOCIO-ECONOMIC OFAGRICULTURRE AND AGRIBUSINESS, I. N., & Suryanto, S. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 161, E. 2018. Legislasi dan Perubahan Iklim. Jurnal Legislasi Indonesia, 61, Y. P., & Kusumasari, B. 2016. Strategi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklimdi Indonesia Doctoral dissertation, Universitas Gadjah MadaCahyaningtyas, A., Azizah, N., & Herlina, N. 2019. Evaluasi dampak Perubahan IklimTerhadap Produktivitas Padi Oryza sativa L. Di Kabupaten Gresik. Jurnal ProduksiTanaman, 69.Supriadi, H. 2015. Budidaya tanaman kopi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Perspektif, 131, 35-48. Rahman, A. 2016. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kerentanan Penghidupan Petani danPertumbuhan Sektor Pertanian Di Kabupaten Sukoharjo Doctoral dissertation, UniversitasSebelas Maret.Ruminta, R., Handoko, H., & Nurmala, T. 2018. Indikasi perubahan iklim dan dampaknyaterhadap produksi padi di Indonesia studi kasus Sumatera Selatan dan Malang Raya. JurnalAgro, 51, E. 2011. Kajian optimasi pengelolaan lahan gambut dan isu perubahan iklim. TeknoHutan Tanaman, 42, 57-68. ... Sebagai akibatnya, pada musim kemarau panjang, lahan menjadi tandus dan suhu di udara naik. Sedangkan pada musim hujan, curah hujan yang tinggi menimbulkan genangan pada lahan pertanian [1]. Musim hujan yang tinggi mengakibatkan tanaman hortikultura mudah terserang berbagai macam penyakit dan virus, akibatnya harga komoditas hortikultura naik, selain itu harga pestisida untuk mengusir hama tanaman juga menjadi naik [2]. ...Hafizh Ramli RamliLathifah AriefPlant Factory is a technology concept that facilitates the formation of an environment that is suitable and good for plant growth, easy to control, does not require a large area of land, and is applied indoors so that it is not affected by outdoor weather conditions. Therefore created a system that automatically controls and monitors environmental conditions such as temperature, humidity and light. This system uses Arduino mega 2560 as a microcontroller, DHT22 temperature and humidity sensors to assess room temperature and humidity, RTC as an indicator of plant irradiation time, a micro SD module as data storage for sensors and actuators, and a Bluetooth module as a medium for data transmission. This actuator consists of a fan to control temperature, a humidifier to control humidity and an LED as a substitute for lighting plants. There are three plants as samples for testing the Plant Factory system, namely spinach, lettuce and mustard greens with each Plant Factory system for these plants. All temperature, humidity and actuator conditions can be monitored via the Android application. The plant factory automation system with three types of vegetable plants based on microcontroller and android is successfully running according to its has not been able to resolve any references for this publication. DAMPAKPERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PEMILIK LAHAN PERTANIAN DI DESA MAGUWOHARJO ANTARA TAHUN 2006 -2011 Daerah pedesaan yang bersinggungan dengan daerah perkotaan akan cenderung mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh tingginya permintaan akan peningkatan sarana dan prasarana fungsi perkotaan serta kebutuhan tempat tinggal akibat Food photo created past evening_tao â Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Revolusi Industri ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan net. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto nasional, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya. Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebutsmart farming atauprecision agronomics. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil kualitas dan kuantitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Faktanya, revolusi industri dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri belum berhasil diterapkan di Indonesia 1. Sumber Daya Manusia Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari twoscore tahun dan lebih dari seventy persen petani di Republic of indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. ii. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya âLahan Tidurâ atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Republic of indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi not pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam. 3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi mod dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. Nah, di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern. Nah, itu dia informasi mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia dari LINE Jobs. Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. Kita juga perlu mengantisipasi jangan sampai kehadiran teknologi justru menyebabkan banyak tenaga kerja yang tersingkir dari sektor pertanian. Selain itu, hal yang paling penting adalah penggunaan teknologi modernistic tidak boleh menghancurkan pengetahuan turun temurun para petani Indonesia, seperti contohnya sistem Subak di Bali. Bagaimana pendapat Anda mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia? Jangan lupa tuliskan pendapat Anda di kolom komentar yang tersedia.
UpayaMengatasi Dampak Perubahan Iklim. Upaya Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Di Sektor Pertanian - Iklim merupakan kondisi cuaca untuk jangka waktu yang lama, setidaknya 30 tahun, yang bersifat permanen. Elemen iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara dan radiasi matahari, di samping kondisi tanah, sangat mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan kualitas tanaman.
LahanKritis - Pengertian, Penyebab, Ciri, Data Sebaran & Solusi. 4.4/5 - (49 votes) Lahan kritis adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi suatu wilayah atau lahan yang telah mengalami degradasi, sehingga kawasan tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya. Lahan yang masuk dalam kategori kritis, yaitu jika usaha untuk mengambil
Dengan julukan Negara agraris yang dijunjungnya, tentu saja Indonesia memiliki banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekonomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin meningkat data statistik tahun 2014, luas lahan pertanian di Indonesia mencapai angka juta Hektar. Dari jumlah tersebut, dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni hortikultura 567 ribu hektar, tanaman pangan 19 juta hektar, dan terakhir tanaman perkebunan sebesar 22 juta beberapa dampak alih fungsi lahan pertanian 1. Berkurangnya lahan pertanianDengan adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian, maka otomatis lahan pertanian menjadi semakin berkurang. Hal ini tentu saja memberi dampak negatif ke berbagai bidang baik secara langsung maupun tidak Menurunnya produksi pangan nasionalAkibat lahan pertanian yang semakin sedikit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin Mengancam keseimbangan ekosistemDengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi resiko penyebab banjir saat musim Sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakaiUntuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek-proyek berbagai jenis jenis irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian. Sehingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai Banyak buruh tani kehilangan pekerjaanBuruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian Harga pangan semakin mahalKetika produksi hasil pertanian semakin menurun, tentu saja bahan-bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedagang untuk memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga-harga pangan tersebut menjadi mahal7. Tingginya angka urbanisasiSebagian besar kawasan pertanian terletak di daerah pedesaan. Sehingga ketika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang tertutup, maka yang terjadi selanjutnya adalah angka urbanisasi meningkat. Orang-orang dari desa akan berbondong-bondong pergi ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di kota keadaan mereka tidak berubah karena persaingan semakin Pendorong terjadinya Alih Lahan PertanianSejak dahulu, jumlah lahan pertanian Indonesia sendiri cenderung menurun dari tahun ke tahun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian. Alih fungsi atau konversi lahan didefinisikan sebagai berubahnya fungsi awal lahan menjadi fungsi lainnya baik dari sebagian maupun keseluruhan lahan akibat adanya faktor-faktor ialah faktor-faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian a. Pertumbuhan penduduk yang pesatDengan jumlah daratan yang tetap, namun jumlah penduduk yang terus meningkat, tentu dapat menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Salah satunya yakni adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang juga Kenaikan kebutuhan masyarakat untuk permukimanAdanya pertumbuhan demografi tentu saja juga menuntut kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu solusi permasalahan Tingginya biaya penyelenggaraan pertanianUntuk mengolah sawah atau lahan pertanian dari lapisan tanah agar mendapatkan hasil yang optimal tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit, belum lagi jika barang-barang pertanian tersebut mengalami kenaikan seperti pada saat naiknya harga bahan bakar minyak, maka harganya bisa melambung menjadi dua kali lipat. Kenaikan harga pupuk, benih pertanian, biaya irigasi, hingga harga sewa tenaga petani membuat para pemilik sawah mempertimbangkan untuk menjual sawah mereka atau mengalihkan fungsi lahan menjadi bangunan atau tempat Menurunnya harga jual produk-produk pertanianSelain membutuhkan modal yang lumayan, para petani juga harus siap menerima resiko lain, yakni hasil panen yang tidak baik atau bahkan gagal panen. Dimana harga jual produk pertaniannya menjadi sangat rendah atau malah tidak laku di pasaran. Jika hal ini terjadi maka petani akan menderita kerugian yang tidak sedikit pula. Tantangan lain ialah adanya penurunan harga hasil pertaniannya karena faktor-faktor Kurangnya minat generasi muda untuk mengelola lahan pertanianAnggapan masyarakat, khususnya para generasi muda mengenai sektor pertanian masih belum sepopuler bidang-bidang usaha yang lain. Para pemuda misalnya, ketika ditanya mengenai cita-cita mereka, maka hampir bisa dipastikan akan menyebutkan berbagai profesi lain selain menjadi petani. Meski tidak sedikit juga masyarakat yang telah menjadi petani sukses, namun profesi petani saat ini memang masih sering dianggap sebagai profesi yang berada pada kelas menengah ke bawah, sehingga cenderung dihindari oleh para generasi muda. Dan sebagai akibatnya, para orang tua yang mempunyai sawah atau lahan pertanian akan menjual lahannya kepada orang lain. Sedangkan bagi mereka yang mewariskan kepada anaknya yang tidak berminat mengelola sawah, maka besar kemungkinan lahan tersebut akan mengalami alih Pergantian ke sektor yang dianggap lebih menjanjikanSeiring berkembangnya pengetahuan, teknologi, serta bertambahnya wawasan para pemilik lahan pertanian, maka tidak sedikit dari mereka yang sengaja mengalihkan fungsi lahan pertanian ke sektor usaha lain. Dengan harapan perekonomian dapat semakin meningkat, mereka mulai mendirikan tempat-tempat industri, peternakan, serta tempat usaha lain di atas lahan Lemahnya regulasi pengendalian alih fungsi lahanYakni ketidaktegasan peraturan pemerintah maupun pejabat mengenai pengendalian fungsi lahan. Ketidaktegasan tersebut diantaranya meliputi kekuatan hukum, ketegasan penegak hukum, dan sanksi pelanggaran. 1 Terapkan Praktik Pertanian yang Ramah Tanah Metode terasering perlu diterapkan agar pertanian di lereng bukit dapat dikelola dengan lebih baik. Terasering mencegah erosi dan mampu mengalirkan lebih banyak air untuk tanaman. Selain itu, lahan pertanian lereng bukit membutuhkan tutupan tanaman untuk membantu mempertahankan kondisi tanah. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI SEKTOR PERTANIAN Ide pokok 1. Perubahan iklim terhadap produksi pangan. 2. Iklim Curah hujan mengakibatkan meningkatnya hama padi. 3. Dampak perubahan ilkim terhadap sector peternakan. Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman masalah yang berkelanjutan serius terhadap produksi pangan di sector pertanian. Penyebab utama adalah dari kegiatan manusia yang dapat meningkatnya gas CO2 mendorong terjadinya pemanasan global salah satunya yaitu gerakan rumah kaca. Banyaknya emisi yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor juga membakar sampah. Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelan sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana. Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. Perubahan ini juga berdampak pada pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut, perubahan iklim yang ekstrim, peningkatan curah hujan dan kemarau yang tidak teratur secara signifikan di seluruh wilayah yang ada di dunia khususnya Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI SEKTOR PERTANIAN Ide pokok 1. Perubahan iklim terhadap produksi pangan. 2. Iklim Curah hujan mengakibatkan meningkatnya hama padi. 3. Dampak perubahan ilkim terhadap sector peternakan. Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman masalah yang berkelanjutan serius terhadap produksi pangan di sector pertanian. Penyebab utama adalah dari kegiatan manusia yang dapat meningkatnya gas CO2 mendorong terjadinya pemanasan global salah satunya yaitu gerakan rumah kaca. Banyaknya emisi yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor juga membakar sampah. Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelan sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana. Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. Perubahan ini juga berdampak pada pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut, perubahan iklim yang ekstrim, peningkatan curah hujan dan kemarau yang tidak teratur secara signifikan di seluruh wilayah yang ada di dunia khususnya Indonesia. Gambar 1. Dampak perubahan iklim pada pertanian Sumber Mongabay Gambar menunjukan bahwa Kemarau berkepanjangan akibat perubahan iklim bisa berdampak terhadap berkurangnya pasokan pangan dan menurunkan gizi konsumen. Padahal sebelumnya mereka bisa berganti-ganti komoditas yang ditanam, termasuk buah-buahan. Akibatnya, setelah April akan terjadi kekurangan buah-buahan yang bisa berdampak pula pada kekurangan gizi. Dampak perubahan iklim makin terasa di tingkat konsumen, dari yang sebelumnya seolah-olah hanya di tingkat petani Nana, 2019. Kekeringan ekstrem terjadi hampir di semua daerah di Indonesia dan diperkirakan membuat pasokan beras nasional hingga 2 juta ton Secara global, kekurangan pangan mengakibatkan krisis kemanusiaan, seperti banjir imigran dari Amerika Selatan menuju Amerika Serikat. Adaptasi di tingkat petani saja, misalnya melalui penghematan air, tidak cukup dan harus diimbangi dengan teknologi dan kebijakan. Kemarau berkepanjangan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia hingga awal November ini bisa berdampak terhadap krisis pangan. Petani perlu mengantisipasi dengan perubahan pola tanam padi, termasuk dengan sistem intensifikasi padi atau system of rice intensification SRI. Peningkatan intensitas hujan mengakibatkan banjir akan mempengaruhi terhadap sawah menjadi lebih rawan akan hama dan penyakit. Salah satu dampak penyakitnya adalah berupa serangan hama pada tanaman padi, di samping itu juga berpeluang akan lebih terserang wereng mengakibatkan tanaman padi mati. Curah hujan berikut diperoleh dengan menggunakan data observasi BMKG mulai dari tahun 1981-2018. Grafik 1. Populasi Hama Wereng Sumber Sianipar Pada grafik tersebut terlihat peningkatan dan penurunan populasi hama wereng pada padi. Petanipun mengambil tindakan cepat dalam mengahadapi hama sehingga tingkat kegagalan akibat serangan bakteri dan hama itu hanya berkisar 5-7 persen. Menyikapi hal tersebut, para petani untuk pro aktif melaporkan setiap gejala serangan hama yang ada di daerahnya. Tujuannya agar langkah-langkah pencegahan bisa dilakukan untuk melokalisir penyebaran, dan jika sudah terlanjur menyerang tindakan pembasmian akan cepat dilakukan. Untuk mengawasi dan mengamati penyebaran hama semaksimal mungkin dengan personel yang ada harus melakukan langkah-langkah antisipasi diantaranya dengan melakukan penyemprotan cairan sejenis insektisida tambahnya. Perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan hewan yakni akibat dari pertumbuhan yang tidak optimal dan stress akibat dari kekeringan. Perubahan pada curah hujan, kelembaban, gas akan mempengaruhi tumbuhnya jamur, serangga berpeluang menjadi penyakit pada hewan. Pengaruh lain juga terhadap kurangnya ketersediaan pakan alami karena kemarau ekstrim. Karena pada dasarnya pakan alami dipengaruhi oleh curah hujan. Jika pada musim kemarau ekstrim maka pakan pun menurun dari segi kualitas dan kuantitas. Mencegah kepunahan hewan ternak harus membutuhkan upaya-upaya yang tepat dan berkelanjutan. Sebagai contoh mengembangbiakkan kerbau rawa sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Kalimantan Timur dalam program bertanggungjawab untuk meningkatkan populasi dan kualitas kerbau rawa melalui program seleksi, inseminasi buatan dan meningkatkan mutu pakan ternak nasional. Table 1. Populasi hewan di IndonesiaSumber Pada table menunjuakn penaikan dan penurunan pupulasi hewan ternak yang ada di Indonesia. Dalam hal ini Indonesia terus menekan populasi hewan ternak agar bisa memenuhi kebutuhan konsumen baik yang ada di Indonesia ataupun untuk kebutuhan ekspor. Dampak yang paling merugikan adalah terjadinya penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan oleh cekaman panas heat stress akibat peningkatan temperatur lingkungan. Pada ternak sapi perah cekaman panas menyebabkan terjadinya penurunan produksi susu, demikian juga pada sapi potong akan menyebabkan penurunan pertambahan berat badan. Adanya cekamam panas secara langsung akan menyebabkan penurunan konsumsi, gangguan metabolisme dan utilisasi nutrien. Cekaman pakan juga akan berdampak pada penurunan efesiensi reproduksi ternak Permana, 2018. Komite WHO pada 1958 mendefinisikan zoonosis sebagai salahsatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Demikian pula yang tercantum di Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, ataupun sebaliknya. Potensi wabah zoonosis bukan tanpa sebab disematkan kepada Indonesia. Kementerian Kesehatan telah mencatat bahwa pada saat ini terdapat sekitar 150 penyakit zoonosis yang mengancam Indonesia, kemunculan penyakit tersebut merupakan dipicu berbagai faktor yang ada , seperti arus globalisasi, deforestasi penggundulan hutan, perubahan iklim, serta peningkatan arus urbanisasi dan populasi manusia. Kutipan dan Parafrase 1. Selain itu, dampak perubahan iklim ini ditandandai dengan pengurangan dinamika anomaly ketersediaannya alir di lahan yang berdampak besar pada pertanian. ï Derivasi dampak langsung perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain adalah degradasi dan penciutaan sumberdaya lahan, dinamika anomali ketersediaan air dan kerusakan seumberdaya genetik, penurunan produksi dan kegagalan panen Asnawi, 2005. 2. Selain itu, perubahan ilkim berdampak pada menurunan produksi pangan yang tak hanya dirasakan oleh petani melainkan sebagai konsumen juga ikut merasakannya. ï Padahal sebelumnya mereka bisa berganti-ganti komoditas yang ditanam, termasuk buah-buahan. Akibatnya, setelah April akan terjadi kekurangan buah-buahan yang bisa berdampak pula pada kekurangan gizi. Dampak perubahan iklim makin terasa di tingkat konsumen, dari yang sebelumnya seolah-olah hanya di tingkat petani Nana, 2019 3. Dalam hal ini pada sector peternakan terjadi peningkatan stress pada hewan dikarenakan temperature pada lingkungan peternakan. ï Dampak yang paling merugikan adalah terjadinya penurunan produktivitas. Hal ini disebabkan oleh cekaman panas heat stress akibat peningkatan temperatur lingkungan. Pada ternak sapi perah cekaman panas menyebabkan terjadinya penurunan produksi susu, demikian juga pada sapi potong akan menyebabkan penurunan pertambahan berat badan. Adanya cekamam panas secara langsung akan menyebabkan penurunan konsumsi, gangguan metabolisme dan utilisasi nutrien. Cekaman pakan juga akan berdampak pada penurunan efesiensi reproduksi ternak Permana, 2018 DAFTAR PUSTAKA Asnawi, R. 2005. PERUBAHAN IKLIM DAN KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA. Perubahan Iklim dan Kedaulatan Pangan di Indonesia, 294-295. Nana. 2019, November 12. Retrieved from Mongabay situs pertanian Permana. 2018, Agustus 2. Dampak Perubahan Iklim terhadap Peternakan. Retrieved from IDAT G PERMANAs Blog ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. BiNQI.